Sekolah Hebat Berprestasi
TERNYATA HANYA MIMPI
Oleh
Hilmayana
Siswi SMA Negeri 1 Terara
Namaku Geo Pradifta, panggil saja aku Geo. Aku adalah si bungsu yang lahir di penghujung tahun 2000. Dengan ayah yang bekerja sebagai petani dan ibu yang bekerja sebagai pedagang. Aku memiliki dua orang saudara dengan satu laki-laki dan satu perempuan.
Keluargaku hidup sederhana. Sebuah keluarga yang tidak tergolong mewah maupun kesusahan. Keluarga yang sedari dulu tinggal di pedesaan kecil yang jauh dari keramaian kota. Namun demikian, Desa itu memiliki sejuta kenangan yang tak pernah pudar oleh zaman. Karena disanalah aku dilahirkan dan dibesarkan dengan penuh kasih sayang.
Pedesaan kecil, disinilah awal kisahku dimulai. Sebuah desa dimana terdapat sebuah rumah sederhana yang menjadi tempat tinggal aku dan empat anggota keluargaku.
Aku sangat senang bermimpi, dan mempunyai imajinasi yang tinggi, aku bisa merangkai angan-angan itu sesuai kehendakku dan tentunya hanya ada di pikiranku belaka. Karena aku yakin dengan mimpi itu, aku bisa mewarnai setiap hari lelahku.
Sejak kecil, pulau bali adalah pulau yang selalu aku impikan untuk ku kunjungi, pulau yang eksotis dengan segala keindahaan alamnya yang indah.
Suatu Ketika tepatnya di sore hari aku berbaring diatas kasur kecilku sembari memandang langit sore yang indah, dihiasi rintik-rintik hujan dengan angin sepoi-sepoi yang menyentuh tubuhku. Aku menutup mataku sekejap lalu ibuku memanggilku dan sembari berkata lalu menyuruhku untuk berisap-siap karena kita akan pergi berlibur ke pulau Bali. Dengan penuh semangat aku langsung terbangun dari kasurku dan menyiapkan semua keperluan liburan kami, karena keesokan harinya tepatnya hari sabtu, kami akan berangkat menuju pulau bali.
Karena jarak rumah kami dengan Bandara sangat jauh, kami pun memutuskan untuk berangkat ke Bandara lebih awal. Tepat sebelum subuh, sekitar pukul 03.30 pagi, aku dan keluargaku berangkat menuju bandara, sebelum sampai di bandara aku dan keluargaku beribadah sholat subuh terlebih dahulu di masjid saat perjalanan menuju bandara.
Setelah beribadah di masjid, kami melanjutkan kembali perjalanan kami menuju bandara. Setelah sampai di bandara, kami masih harus menunggu beberapa menit
Pertama kalinya aku menginjakkan kaki di dalam ruang tunggu bandara. Sebelumnya aku hanya bisa mengintip-intip atap bandara dari kejauhan. Setelah check in aku menuju lantai dua. Sudah pasti yang terlihat adalah ratusan atau bahkan ribuan orang yang sedang menunggu jadwal penerbangan.
Ku pegang-pegang tiket pertama yang sudah Ayahku pesan tiga hari sebelumnya. Baiklah, akhirnya penerbangan ke Pulau Bali di panggil. Beberapa menit kami mengantri untuk masuk kedalam pesawat. Lalu masuk pada pintu pesawat, dan duduk di kursi 5A tepat di dekat jendela. Disamping kananku adalah saudaraku, dan di ujung ada orang tuaku.
Beberapa menit berlangsung, ini adalah penerbangan pertama kali dalam hidupku, ucapku dalam hati. Kudengar dengan seksama instruksi dari crew pesawat, diakhir penjelasannya, kami seluruh penumpang diberi waktu untuk berdo’a sesuai kepercayaan masing-masing.
Pukul 09.00 pagi pesawat take-off, kunikmati setiap pandangan indah yang membawaku semakin tinggi. Indah sekali ciptaanmu yaalah, bisikku dalam hati. Perjalanan dengan pesawat pun tidak memakan waktu yang lama. Kurang lebih aku menempuh perjalanan 3 jam.
Setelah berjam-jam di pesawat, akhirnya pesawat pun landing, aku dan keluargaku sampai di Bandara Internasional Murah Rai. Kami lansung keluar dari pesawat, dan setelah itu kami melanjutkan kembali perjalanan kami menuju hotel dengan menggunakan transportasi bus.
Di perjalanan menuju hotel, kami berhenti sejenak di salah satu lestoran terkenal di Bali. Kami tiba di sana sekitar jam 02.00 siang. Disana kami langsung memilih tempat duduk dan memesan makanan. Di meja makan ada dua buku berisi daftar makanan. Ternyata ada banyak makanan disini. Buku ini sekitar 4-5 halaman, dan setiap halaman berisi daftar makanan dan minuman.
Di sana, aku, kedua kakakku, dan ibuku memesan 1 porsi ayam taliwang yang lumayan besar. Aku memesan jus melon kesukaanku. Tapi, ada yang aneh dengan kedua kakakku. Dia merasa minuman disana sedikit mahal. Malahan mereka ingin pesan air putih saja.
“yaahhh.. percuma jauh-jauh cuma pesan air putih, ucapku”.
Lalu kakakku menemukan kata es teh yang murah meriah dengan harga Cuma 5000. Karena harganya tergolong murah akhirnya merekapun membeli minuman es teh yang sama.
Setelah itu, giliran ayahku memesan makanan. Ketika ayahku pesanpun ada kejanggalan. Saat mau pesan ia melihat makanan yang baginya mewah, yaitu beef steak. Ayahku bilang pada pelayan dengan santainya,
”Mas, pesan minuman beef steak satu yaaaa”.
Pelayan pun bingung dan berkata dengan sedikit tertawa.
”Maaf pak, beef steak itu makanan bukan minuman”
“Loo, masa sih mas?’’. Tanya ayahku dengan kaget.
“Iyaa pak’’. Jawab pelayan.
Hahahahahaha,,,,,, kami pun tertawa dengan kerasnya.
Saat pesanan datang, yang pertama kali datang adalah beef steak. Tapi, ada yang terjadi saat beef steak datang. Tidak lain itu semua karena ulah ayahku.
“Hhuuuuhhhhh,,,,, panas sekali’’. Kata ayahku dengan kesakitan.
”Eeehhhh,,, Pak, bagian ini jangan disentuh’’ kata pelayan memberi tahu.
’’Hhahahahahahaha,,,,,, Pak, orang desa kok pesan beef steak, gini kan jadinya’’ ejekku pada ayahku.
Ayahku pun ikut tertawa.
Setelah itu, kami semua melanjutkan Kembali makanan kami, kami sangat menikmati hidangan makanan saat itu. Itu adalah makanan termewah yang pernah kami makan sebelumnya.
Setelah selesai makan, kami pun melnjutkkan Kembali perjalanan kami menuju hotel yang jaraknya masih sangat jauh.
Perjalanan kami menuju hotel tempat kami istirahat sekitar 4 jam perjalanan. Kami tiba di hotel sekitar pukul 06.00 malam. Karena terlalu lelah dengan perjalanan yang cukup jauh, akupun memutuskan untuk tidur lebih awal agar keesokan paginya aku kembali segar dan dapat menikmati suasana pulau Bali yang indah.
Tidak terasa hari pun sudah pagi, saat itu ibuku membangunkanku untuk sholat subuh, rasanya aku masih ngantuk dan lelah karena perjalanan kemarin. Tetapi aku sangat bersemangat karena hari ini tujuan kami adalah berkunjung ke Pantai Kuta Bali.
Sebelum kami pergi ke Pantai Kuta, kami mengunjungi Garuda Wisnu Kencana untuk melihat-lihat tempat yang cukup terkenal itu. Tapi disana kami tidak lama, karena tujuan utama kami adalah Pantai Kuta. Setelah itu kami melanjutkkan Kembali perjalanan kami menuju Pantai Kuta.
Setelah beberapa jam diperjalanan, akhirnya aku dan keluargaku tiba di Pantai Kuta. Suasana Pantai Kuta saat itu sangat ramai pengunjung, apalagi saat itu bertepatan dengan hari libur sekolah.
Suasana saat itu sangat indah, langit sangat cerah, ombak yang menepi dan beranjak, perahu-perahu cadik biru yang menepi di bawa ombak. Aku duduk diatas sebatang pohon kelapa yang telah tumbang sambil menatap lepas kearah pantai, sambil menikmati angin laut yang berhebus sepoi-sepoi serta suara deburan ombak yang begitu riuh terdengar, sambil melihat orang-orang yang berkemas menyudahi selancarannya hari itu.
Tak terasa hari pun sudah sore, aku masih duduk santai di atas pohon kelapa yang sudah tumbang itu sambil menikmati indahnya senja. Senja itu memang indah, semburat warna merah di ufuk barat. Menandakan bahwa sebentar lagi siang akan berganti malam, dan gelap pun akan datang.
Aku begitu menikmati saat-saat seperti itu, senja di tepian pantai. Saatku lihat para nelayan sibuk mempersiapkan kapalnya untuk pergi berlayar, dan memeriksa jaring-jaringya, mempersiapkan lampu petromaks serta perbekalannya.Dan burung-burung camar berterbangan di bibir pantai untuk pulang kembali ke sarangnya. Dan Ketika menatap Mentari yang perlahan tapi pasti mulai turun dan akan menghilang seiring datangnya malam.
Aku menghampiri jejeran perahu nelayan dan melihat kesibukan mereka dari dekat, rasa kagumku pada para nelayan saat itu tiba-tiba saja muncul. Betapa tidak, mereka rela berlayar ditengah lautan pada malam hari untuk sekedar mendapatkan ikan yang mungkin jumlahnya tak seberapa itu dengan resiko yang besar serta bahaya yang mengancam diri mereka.
Semburat merah di ufuk barat mulai memudar, seiring dengan tenggelamnya Mentari dan langit pun mulai kelam. Tak ada lagi bayang-bayang mereka yang berselancar disana.
Aku dan keluargaku mulai berkemas untuk meninggalkan pantai, meninggalkan senja yang telah menghilang. Yang tertinggal hanyalah deburan ombak dan hembusan angin yang ditemani oleh taburan bintang di langit dan bulan yang mengintip malu di balik awan.
Aku membuka mataku dan menyadari jika semua itu hanyalah mimpi dari lamunan soreku. Semuanya terasa begitu lama saat aku bermimpi, namun pada kenyataannya aku hanya menghabiskan waktu selama 10 menit. Ini semua memang salah hobiku yang suka merangkai angan-angan yang semu.
Komentar (0)