Sekolah Hebat Berprestasi
PEREMPUAN TANGGUH
Oleh
Maesuro Amalia
Siswi SMA Negeri 1 Terara
Tema: Inspirasi perempuan taladan, optimis, dan produktif.
Sewaktu kami berempat canda tawa lepas memasuki perpustakaan sekolah. Kesadaran ku menoleh kearah bagian kanan rak buku tersebut. Aku melihat judul buku, yang berjudul “ Jantung Rumah Tangga.” Buku tersebut masuk dalam katagori buku fiksi. Hentakan kaki ku berhenti sejenak. Ketiga temanku juga ikut berhenti! Ia menantap wajah ku dengan pandangan nanar.
“Kamu melihat apa Dende?” Tanya Rengganis, menantap wajahku.
Aku tidak langsung menjawab Rengganis. Gerak tangan kanan ku mengambil buku tersebut. Akhirnya Aku baca sinopsis tepatnya di bagian belakang. Tak lama bel berbunyi selama tiga kali, waktu belajar telah tiba. Hati kecil ku pun penasaran tentang isi buku tersebut. akhirnya aku meminjamnya selama dua hari.
Buku “Jantung Rumah Tangga” bercerita tetang ketangguhan hati seorang perempuan mempertahankan biduk rumah tangganya tidak peduli dengan segala yang terjadi. Hidup dengan penuh penderitaan berlangsung dalam waktu yang cukup lama. Bahkan sampai mereka memiliki cucu. Dalam kondisi seperti itu semua yang dialami tokoh perempuan tak pernah seorang pun mengetahui. Ia menyimpan rapat semua kepahitannya. Yang boleh tahu hanya dirinya sendiri, tidak yang lain. begitu ia berpikir.
Dalam kondisi seperti itu. semua yang dialami tokoh perempuan tersebut. dalam keadaan menyerah. Ia masih menunggu perubahan suaminya. Hari-demi hari ia selalu taladan dalam menjalani karirnya sebagai pendidik di bangku sekolah dasar. Ia mengapu mata pelajaran pendidikan agama Islam. Meskipun dalam jiwanya masih optimis tentang berubahan sikap suaminya suatu saat nanti akan berubah. Pasti berubah! Ia berpikir, setiap manusia itu akan ada perubahan dalam jiwanya. Selain ia bersikap optimis tentang adanya perubahan sikap suaminya suatu saat nanti. Tokoh perempuan tersebut selalu produktif dalam berbagai hal. Sesuai dengan kemampuanya sebagai seorang istri.
Perempuan tak kala tidak menyadari potensi yang dimiliki dalam jiwanya, mana kala bukan kekuatan fisik semata, melainkan kekuatan pikiran dan jiwa. Menjadi perempuan taladan, optimis, dan produktif tidaklah mudah. Apa lagi di zaman global terus berkembang mengikuti grafik dunia.
Perempuan taladan yang saya maksud yakni mereka yang memiliki kedisiplinan dan kekuatan dalam melakukan aktivitas sesuai dengan kodrat sebagai perempuan dalam menjalankan suatu pekerjaan, selain memiliki ketajaman dalam berpikir secara mandiri. Dalam menjalankan kehidupan di muka bumi ini. sesungguhnya kepribadian seseorang memiliki kaitan dengan masyarakat. Apa yang tidak bisa dikerjakan bagi kaum perempuan. Tidak jauh berbeda dengan laki-laki.
Apabila kita membicarakan perempuan taladan, optimis, dan produktif di Indonesia ada sosok R.A Kartini, seorang priyayi jawa memiliki keteladanan dan pemikiran untuk maju pada masa waktu itu. sosok R.A. Kartini menjadi penggerak emansipasi kaum perempuan, yang bagaimana apa yang dilakukan oleh R.A.Kartini adalah agar perempuan mendapatkan hak atas pendidikan yang seluas-luasnya.Jika kita melihat history masa penjajahan yang berhak mendapatkan pendidikan kejejang yang lebih tinggi anak dari keturunan bangsawan, sehingga pada masa itu banyak wanita Indonesia pada masa lalu tidak menempuh pendidikan sama-sekali pada masanya itu. oleh karena itu yang dimaksud emansipasi oleh R.A.Kartini agar perempuan dapat diakui kecerdasanya serta diberikan kesempatan mengklasifikasikan keilmuan yang dimilikinya, sehingg kaum perempuan tidak merendahkan diri serta tidak selalu direndahkan derajatnya oleh kaum laki-laki.
Saat ini globalisasi berkembang pegitu cepat tanpa kita sadari. Kebudayaan barat telah masuk semakin bemburu kita dalam berbagai aspek dalam kehidupan. Globalisasi yang telah berkembang sangat mempengaruhi psikologi yang berdampak sampai pola pikir kita, bahkan kehidupan bermasyarakat khusunya di Indonesia. contohnya banyak sekali perempuan yang berjuang keras dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya yang sementara. Berbagai pekerjaan yang ia empan sesuai kemampuan mereka. Namun, kondisi perempuan pada saat ini sangatlah jauh berebeda dengan situasi perempuan pada masa lalu. sekarang perempuan sudah merasakan kebebasan dalam memperjuangkan kehidupan. Oleh karena itu, dengan kebebasan tersebut perempuan bisa menunujukan karirnya yang berkualitas kepada khalayak.
Dengan gaya hidup di era globalisasi seperti saat ini, perempuan maupun laki-laki tidak jauh berbeda. Tidak hanya dalam forum kehidupan masyarakat sekitar tempat tinggal, tetapi kehidupan masyarakat secara luas. Mengapa? Karena kehidupan perempuan yang taladan dalam belajar, dan berkarir merupkan salah satu fondasi untuk bisa merahih apa yang menjadi keinginan kita akan bisa terwujud. Apa lagi kita yang masih duduk di bangku sekolah seperti saat ini. kita tidak boleh pantang meyerah dalam merahih pendidikan kejenjang yang lebih tinggi. Meskipun, di era globalisasi seperti saat ini ada juga perempuan yang masih berpikir jangka pendek.contohnya ada fenomena di masyarakat sekeliling tempat tinggal. “Kalau perempuan cukup merahih pendidikan sampai menengah atas, karena besok kita akan menikah. Kita akan di tanggung sama suami.” Sebenarnya itu pemikiran yang masih bersifat jangka pendek. Ia tidak memikirkan jangka panjangnya, serta masih bersifat pesimis. padahal lawan kata dari pesimis ada kata optimis.
Kemudian ada juga fenomena yang masih terjadi di kalangan masyarakat sekitar kita. yaitu perempuan juga seringkali lupa akan waktu ketika melakukan hal-hal yang tidak terlalu penting, seperti bergosip dan bermain media sosial. Setelahnya akan timbul rasa penyesalan karena tidak melakukan hal yang seharusnya dilakukan. Globalisasi yang semakin berkembang pesat tanpa kita sadari akan meracuni generasi bangsa, tidak sedikit perempuan yang terlena dengan kecanggihan teknologi yang akan dapat mempengaruhi masa depan yang tidak pasti, tanpa masa depan yang luas, serta di tambah dengan merosotnya moral perempuan masa kini. Oleh karena itu derajat perempuan direndahkan oleh dirinya sendiri, hal tersebut jauh dari makna emansipasi R.A.Kartini untuk meninggikan derajat perempuan Indonesia.
Di atas sudah kita singgung masalah optimis.Orang yang optimis adalah orang yang memiliki pandangan positif dan tidak takut gagal. Ketika mengalami kegagalan, orang yang optimis akan menganggap hal itu sebagai tahapan untuk mencapai apa yang diinginkan. Perempuan yang memiliki sifat optimis akan membawa energi positif kepada orang-orang disekitarnya. Hal ini bisa mendorong orang lain untuk ikut berpikir positif dan ikut termotivasi. Ada pun di sisi lain optimis bagi perempuan. Perempuan optimis yang saya maksud yakni perempuan yang memiliki pola pikir positif. Karena peran perempuan begitu luas, tidak hanya di ranah rumah tangga saja, melainkan di ranah publik juga. Perempuan memiliki hak, sama seperti laki-laki untuk dapat mengembangkan diri sendiri sesuai dengan kemampuan, minat, dan kapasitas yang kita miliki bagi kaum perempuan. Soalnya manusia di ciptakan istimewa. Perempuan dan laki-laki sama untuk berkembang. Karena zaman begitu cepat, kondisi begitu cepat berubah. Oleh karena itu, kesempatan untuk maju bahkan semakin menumbuhkan pola pikir kita yang semakin produktif. Kita bukan berbicara masalah kuantitas sebagai perempuan berapa yang kita isi dalam memeori kita.
Berhubungan hal di atas, meskipun zaman global terus berkembang. Bukan menjadi pengaruh besar bagi kita sebagai kaum perempuan untuk tidak menjadi acuan dalam kehidupan sosial, bahkan bagi negara kita sendiri. Pada masa ini masih saja ada orang yang berpikir, bahwa perempuan tugasnya di rumah saja untuk mengurus anak dan suami. Padahal perempuan bisa melakukan hal yang lebih dari itu. Sama seperti laki-laki, perempuan bisa mengenyam pendidikan setinggi-tingginya, bisa berkarya, berinovasi, dan bisa mendapatkan pekerjaan yang diinginkan sesuai dengan kemampuan yang kita miliki. Dalam ruang lingkup kehidupan di zaman globalisasi yang sudah berkembang pesat. Khusunya kita yang masih duduk di bangku sekolah menengah atas juga tidak jauh berbeda dengan pola kehidupan pada masyarakat secara umum. Masih banyak siswa yang memiliki jiwa apatis tentang permasalahn-permasalahan khusunya di lingkungan sekeliling tempat tinggal dengan siswi anti sosial. Selain itu ada pula siswi yang sekolah karena terinpirasi dengan film yang bersifat bermewah, senang-senang, bahkan jalan-jalan sehingga sekolahnya dijadikan sebuah status. Dalam era globalisasi seperti saat ini kita sebagai siswi yang masih duduk di bangku sekolah bukan semakin memanjakan media sosial. Pada hal secara tidak kita sadari dengan memanjakan media sosial tanpa henti secara otomatis di bawah kendali alam sadar kita akan menyita waktu seorang pengguna tersebut adalah seorang siswi dimana dalam usia seperti ini kita akan belajar untuk lebih produktif. Dengan memanjakan media sosial produktifitas kita akan berkurang, daya kreativitas kita juga berkurang, karena dengan keadaan dalam memanjakan media sosial akan menjadikan diri kita sebagai penonton atas segala kondisi yang terjadi dalam lingkungan masyarakat. Selanjutnya ada juga fenomena sosial masih terjadi dalam ruang lingkup kehidupan khusunya kita sebagai siswi tentu saja ini merupakan salah satu sebuah masalah. Seperti rendahnya minat baca maka pengetahuan yang kita miliki minim. Menurunya minat baca dipengaruhi oleh ketidak sadaran kita sebagai siswi. Hal tersebut pasti memiliki sebab- akibat yang dapat mempengaruh. Jika kita bandingkan kembali maka kondisi saat ini lebih baik dari pada kondisi masa lalu. Dimana masa kini para wanita telah memiliki kesempatan untuk bersaing di kancah public maupun domestic, sudah banyak wanita karir di masa kini, dan para ibu rumah tangga juga sudah menguasai berbagai keterampilan. Hal tersebut seharusnya dimanfaatkan oleh perempuan masa kini untuk bersaing dalam berbagai bidang karena tuntutan lapangan pekerjaan. Bukan malah sebaliknya, mereka generasi muda perempuan lebih memilih menghabiskan waktu untuk bersenang- senang hingga lupa belajar dan mengarah pada kehidupan yang matrealistis serta hedonis.
Sayangnya, saat ini banyak sekali perempuan yang merasa minder ketika menjelajahi media sosial. Selalu saja timbul pikiran yang membanding-bandingkan diri dengan orang lain, sehingga tingkat kepercayaan diripun menurun. Padahal media sosial seharusnya menjadi tempat dimana seseorang bisa mengembangkan dirinya. Jika dilihat dari sisi positifnya, seharusnya apa yang kita lihat di media sosial bisa memotivasi kita untuk berusaha menjadi versi diri kita yang lebih baik. Melalui media sosial banyak sekali perempuan-perempuan hebat yang bisa dijadikan teladan. Perempuan-perempuan ini biasanya memiliki pola hidup produktif dan membawa energi positif kepada orang lain. Selain itu, perempuan yang banyak dijadikan teladan adalah perempuan yang bisa mengungkapkan pendapatnya dengan baik dan benar, sehingga perempuan yang lainnnya pun akan merasa terwakilkan. Contoh perempuan teladan seperti ini di Indonesia adalah Najwa shihab dan Maudi Ayunda.
Najwa shihab, seorang istri, ibu, jurnalis sekaligus aktivis, banyak diidolakan oleh anak muda Indonesia karena dianggap sebagai seorang perempuan tangguh. Mengenyam pendidikan yang tinggi dan memiliki kesadaran yang kuat terhadap keadilan sosial membuatnya dikagumi banyak orang, terbukti dengan adanya program TV yang bertajuk “MATA NAJWA” yang dibawakan olehnya. Pemikirannya yang cerdas dan kritis kerap kali membuat orang-orang terkagum, hingga dijadikan inspirasi oleh banyak kaum muda.
Tak juah beda dengan Maudy Ayunda, yang belakangan ini sering dibicarakan karena baru saja menyelesaikan pendidikan S2-nya di Amerika. Menjadi alumni di Universitas terkemuka di Amerika dengan bantuan beasiswa membuat banyak orang bangga padanya. Sosok Maudy yang biasanya dikenal sebagai aktris dan penyanyi yang handal ternyata berprestasi juga dalam bidang pendidikan. Atas pencapaian Maudy, perempuan lainpun ikut termotivasi untuk menyelesaikan pendidikan setinggi-tingginya. Dan tentunya untuk bisa seperti Maudy diperlukan sikap optimis dan produktif.
Komentar (0)