Detail Opini Siswa

Opini / Siswa / Detail Opini Siswa

PENDAKIAN DI MALAM SATU SURO

Admin Sabtu, 26 Februari 2022 19:51 WIB 0 Komentar

PENDAKIAN DI MALAM SATU SURO

Oleh

Naura Anindya

Siswi SMA Negeri 1 Terara

   Gunung Samose,sebuah gunung yang berada di Jawa Timur,memiliki pemandangan yang elok nan indah,mata air melimpah,bak surga bagi pecinta alam. Namun,menyimpan banyak sekali misteri didalamnya. Konon dahulu kala terdapat sepasang kekasih yang dihukum karna perbuatan dosanya,mereka dibakar dan abunya diletakkan di goa samose,sebuah goa yang berada di lembah gunung dan tak pernah ada yang berani mengunjungi.

“Din lo cepetan packing,udh telat nih”,kata Rino membuyarkan lamunanku. Hari ini aku dan ketiga temanku berencana untuk mendaki Gunung Samose. Kami memang hobi mendaki gunung,sudah 7 gunung kami takhlukan,dan sekarang kami ingin menantang diri untuk mendaki gunung tertinggi di pulau Jawa ini. Pukul 08.00 pagi aku,Rino,Mila dan Heri sudah ada di stasiun,menunggu kereta datang. Stasiun begitu ramai,orang orang berlalu lalang dengan tujuan yang berbeda. “Tutttt” bunyi klakson kereta yang menandakan kereta sudah sampai. Diperjalanan kami membahas tentang penginapan yang akan kami tempati untuk bermalam, 8 jam di perjalanan membuat kami harus singgah sementara dan melanjutkan pendakian keesokan harinya. “Gue sih maunya vilaa dekat-dekat sana” kata Mila merekomendasikan. “Nah iya boleh juga” timbal Heri. Dan akhirnya kami sepakat untuk bermalam di villa malam ini.“ Kalian hati hati,besok malam adalah malam satu suro,jaga pandangan dan tata krama disana” kata kakek kakek yang ternyata sedari tadi menyimak percakapan kami. “Kalau boleh tau memangnya ada apa kek?” Kataku menyahut dengan penasaran. “Di malam satu suro biasanya mereka berkeliaran untuk mencari makanan,kalian harus tetap bersama” Kata kakek itu. Kami sebenarnya masih belum paham,dan ingin bertanya lagi tetapi kakek itu tiba tiba hilang entah kemana.Pukul 16.00 sore kami sampai di stasiun dan melanjutkan perjalanan ke desa Boyongali. Jaraknya lumayan jauh,butuh 4 jam menggunakan mobil. Ditengah perjalanan tiba tiba mobil kami mogok, disaat itu juga hujan turun mengguyur kami ditengah hutan. “ Yah mesinnya terlalu panas,kita harus menunggu 1 jam lagi sampai suhunya menurun” Kata Rino. “Kalau begitu kita cari tempat teduh saja” Timbalku.Akhirnya kita  berteduh dibawah pohon beringin yang sangat besar,daunnya yang begitu lebat dapat sedikit melindungi kami dari derasnya hujan. Setelah 1 jam menunggu akhirnya kami melanjutkan perjalanan,tiba-tiba aku melihat ada seorang nenek yang duduk di pohon beringin tadi.

Mentari bersinar cerah,udara dingin khas lereng pegunungan begitu menembus jaket parasutku. Aku dan ketiga temanku bersiap mendaki hari ini. Cuaca seakan ikut mendukung pendakianku. Kami sudah tiba di pos pendakian,mengisi formulir dan menentukan jalur mana yang akan kita ambil. Jalur yang umum dilewati biasanya via Renggalek, tetapi jalur itu ditutup untuk seminggu kedepan.Akhirnya kami memutuskan mengambil via Purworijo. Jalur ini  baru diresmikan 2 tahun yang lalu,dan jarang sekali pendaki mengambil jalur ini karna medannya yang ekstrem dan melewati lembah gunung. 

Kami berangkat pukul 10.00 pagi,hanya berbekal pengalaman dan satu buah peta. Sepanjang perjalanan kami sesekali melemparkan candaan untuk menghilangkan keheningan. Kami juga bertemu dengan beberapa penduduk disana,mereka tampak kaget melihat kami,”Tumben sekali ada yang mengambil jalur ini,apalagi ini memasuki tanggal 1 suro” kata petani itu. “Iya pak,jalur utamanya ditutup,jadi kami mengambil jalur yang paling dekat saja” kata Heri. “Kalau begitu hati hati di pos 3,kalian harus tetap bersama”. Kata petani itu. “Sudah 2 orang yang mengingatkan kita untuk tetap bersama,sebenarnya ada apa?”Tanyaku dengan bingung. Pukul 14.00 kami sampai di pos 1. Disana ada satu warung yang tutup,kami cukup lama beristirahat disana,terutama Rino dan Mila.Mereka berdua beristirahat di dalam warung,sementara aku dan Heri berjaga diluar.Entah kenapa kami merasa jalur ini sangat sepi,kami tidak pernah bertemu dengan pendaki lain,mungkin pendaki lain mengambil jalur lain pikir kami. Kami melanjutkan perjalanan dan tidak terasa kami sudah sampai di pos 3,waktu menunjukkan pukul 10 malam,Rino dan Heri langsung membangun tenda, sementara aku dan mila sibuk menyiapkan makanan. Malam itu angin begitu kencang,hanya kami yang berada disana. Setelah makan malam kami bersiap untuk tidur,aku dan Mila tidur berdua, sementara Rino dan Heri tidur ditenda yang lain. Tenda sudah tertutup rapat,tapi entah mengapa angin sepertinya menembus kain tendaku. Cuaca malam itu sangat berangin,bahkan sleeping bag tidak terlalu membantu. Ternyata bukan hanya aku yang tidak bisa tidur,Mila,Roni dan Heri juga mengalami hal yang sama. Akhirnya,kami memutuskan untuk membuat api unggun untuk menghangatkan badan. Rino dan Heri bertugas untuk mengumpulkan ranting kayu,sementara aku dan Mila menyiapkan menyiapkan kopi panas.”Her kita cari ranting di bawah saja,rantingnya masih tidak cukup” kata Rino mengajak Heri. Mereka akhirnya turun untuk mencari ranting kayu. 

Jam sudah menunjukan pukul 01.00 malam,tetapi mereka tak kunjung datang,aku dan Mila sampai ketiduran. Aku terbangun dan mengingat perkataan penduduk tadi bahwa malam ini adalah malam 1 suro, aku dan teman temanku harus tetap bersama. Entah kenapa pikiranku langsung khawatir “Mengapa mereka tak kunjung kembali?” Kataku bertanya. Aku keluar tenda dan menemukan 2 orang pendaki lain,mereka berdiri sambil melihat kearah tendaku. Aku menyapanya,tetapi mereka hanya diam dan tidak membalas ku. Tak lama mereka akhirnya turun. Aku merasa ada sesuatu yang ganjal. Aku berpikir bahwa aku harus mencari Heri dan Rino. Ketika didalam tenda aku bisa mendengar suara aneh, “srrttt” bunyi resleting tendaku,ada yang ingin mencoba masuk. Aku teriak sampai mila terbangun. “Ada apa Din?” Kata Mila panik. Aku tidak bisa menjelaskan,tubuhku seakan membeku dan bibirku sulit digerakkan,aku hanya menunjuk nunjuk resleting tenda itu. Mila langsung memelukku sembari mengambil peta,”Pos 3 ini ternyata sangat dekat dengan lembah gunung,sementara lembah gunung dilarang untuk dikunjungi” kata Mila menegaskan. “Kita harus mencari mereka” pintaku kepada Mila. Mila mencoba menelpon ke petugas tetapi sayangnya sinyal disini sangat lambat,sementara kita tidak bisa menunggu lebih lama lagi. 

Jam menunjukan pukul 03.00 malam,aku dan Mila akhirnya mencari Rino dan Heri. “Din kita mau cari kemana malam malam begini?” Tanya Mila kepadaku. “Kita cari kebawah,aku lihat mereka mencari kayu kearah lembah” kataku membalas. Kami tau area lembah adalah area yang dilarang untuk dikunjungi,apalagi malam malam begini,tapi kami tidak ada pilihan lain,kami harus menemukan mereka malam ini juga. “Rino Heri kalian dimana?” Kataku berteriak, suaraku menggema di area hutan,mengerikan. Aku takut hewan buas akan memakanku. Aku terus menyelusuri semak semak belukar,peta menunjukan kami sudah berada di area lembah. Angin begitu kencang dan aku melihatnya lagi,nenek nenek yang duduk dibawah pohon beringin kemarin. Untuk apa dia berada di tengah hutan begini pikirku. Nenek itu berjalan ke arah ku,langkahnya yang tersendat-sendat  membuatku sangat takut,”Cari temanmu didalam goa,mereka terjebak didalam duniaku” kata nenek itu. Aku dan Mila tidak bisa berkata kata,kami langsung berlari kearah goa itu,sialnya goa itu ditutup!”Lalu bagaimana teman temanku bisa masuk?”Pikirku dengan frustasi.Aku berteriak memanggil nama Rino dan Heri,ini adalah teriakan ke-10 kalinya.Nihil tidak ada jawaban satupun,hanya suara binatang malam yang menemani kegelapanku di hutan itu. Mila mencoba menyenter ke dalam goa,dan dia melihat 2 orang pendaki yang kutemui tadi di pos 3,mereka rupanya sepasang kekasih, ketika di senter bayangannya mulai menghilang,kakinya melayang di udara,aku sekarang mengerti bahwa mereka adalah sosok legendaris itu,dan dia  yang telah membawa temanku ke goa ini. Aku terus mencoba menelpon petugas,aku sangat gemetar,kepalaku terasa sangat berat,aku masih tidak bisa memikirkan bagaimana ini terjadi,ini terasa sangat mustahil. Aku dan Mila menemukan jalan masuk goa,ada celah disamping goa yang cukup untuk badan kami,akhirnya kami masuk lewat sana. Didalam goa sangat bau,banyak kelelawar,dan sangat gelap,tapi untungnya kami membawa senter yang cukup terang, kami mulai menyelusuri goa,goanya tidak terlalu besar dan kupikir aku akan cepat menemukan temanku. Didalam goa banyak banyak sejali terdengar suara suara aneh tapi aku berusaha mengabaikannya,”AAAAAAH” teriak Mila. Mila diseret oleh mahkluk penghuni goa itu,aku berusaha menolongnya tetapi mahkluk itu juga menyeretku,aku berpegangan kuat di bebatuan sambil berusaha melepaskan kakimku,aku menendang-nendang kakiku dengan keras,dan rupanya berpegangan di bebatuan membawakan hasil,mahkluk itu melepaskan kakiku dan hilang entah kemana.Aku hanya ada dua pilihan, nekat menolong mereka atau mencari pertolongan. Aku memilih untuk mencari pertolongan,karna jika aku nekat masuk lebih dalam aku mungkin tidak akan bisa menyelamatkan temanku dan kemungkinan terburuk adalah aku juga tidak akan selamat. Aku keluar dari goa dan berusaha menelpon petugas. Sinyal di handphone ku ternyata cukup .Aku langsung menyuruh petugas mendatangiku ke goa tanpa kuceritakan apa apa. Aku sangat gemetar, untungnya petugas datang lebih cepat. Aku dan dua orang petugas masuk kembali ke goa,mentalku kembali terbentuk,aku yakin aku akan bertemu teman-temanku. Dipertengahan goa aku mendengar suara Heri,aku langsung berlari dan menemukan Heri sudah terkurai lemas”Mereka benar benar ada” katanya sambil menahan sakit dan langsung tidak sadarkan diri.Kulihat di lehernya ada bercak darah, aku yakin pasti Mila dan Rino juga berada di dekat sini,ku cari Mila dan Rino sampai ujung goa,tapi yang kutemui hanyalah tulang belulang dan lengkap dengan baju Rino dan Mila disampingnya. 

Hari ini aku tengah berada di makam Rino dan Mila,kejadian itu 2 tahun yang lalu. Aku belum tahu pasti penyebab kematian ini,tetapi yang dapat kusimpulkan adalah Rino dan Mila ternyata melanggar tata krama di dalam hutan,tepatnya saat berada di pos 1,mereka melakukan perbuatan dosa dan akhirnya mereka menjadi tumbal atas perbuatannya. 


Bagikan ke:

Apa Reaksi Anda?

0


Komentar (0)

Tambah Komentar

Agenda Terbaru
Prestasi Terbaru